Ada yang “Tidak Biasa” dengan Penguatan Dolar AS Menjelang FOMC?

Baca artikel di situs FBS

Ancaman resesi yang membayangi, memburuknya hubungan antara Amerika Serikat dan Tiongkok—dua negara dengan ekonomi terbesar di dunia—dan risiko geopolitik telah menghambat optimisme pasar sejauh ini. Kekhawatiran tentang perlambatan ekonomi global yang semakin mendalam kembali mencuat setelah data Indeks Manajer Pembelian (PMI) untuk bulan Juli, yang dirilis pada hari Senin, mengecewakan pasar.

Tidak ada hal positif dalam daftar data PMI yang dirilis kemarin yang dapat membuat investor berpikir bahwa aktivitas ekonomi di Eropa, AS, dan Inggris berjalan baik. Semua angka berada dalam zona merah, semuanya meleset dari perkiraan pasar. Survei tersebut menunjukkan penurunan luas dalam aktivitas bisnis di sektor manufaktur dan jasa di kawasan Euro, Inggris, dan AS.

Misalnya, manufaktur Jerman dan Prancis terjun lebih dalam ke dalam zona kontraksi dan PMI manufaktur Jerman bahkan terjun di bawah 39, angka yang tidak pernah terlihat sejak musim panas 2020, yang merupakan puncak pandemi. PMI manufaktur Inggris turun menjadi 45, sementara PMI jasa berhasil menghindari wilayah kontraksi hanya dengan beberapa poin.

Perang, harga energi, dan ketatnya kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) memberikan dampak buruk pada manufaktur Jerman. Bahkan sektor otomotif Jerman juga terlihat kesulitan. Sebagai contoh, Tesla berhasil menjual mobil lebih banyak pada paruh pertama tahun ini dibandingkan dengan penjualan gabungan Volkswagen, BMW, Mercedes, dan Porsche.

Data ekonomi yang lemah di Zona euro mengembalikan harapan bahwa ECB sudah mendekati akhir siklus pengetatan kebijakan moneternya yang agresif. Namun, penurunan inflasi di tingkat produsen Spanyol yang lebih rendah dari perkiraan masih membuat beberapa pihak yang hawkish tetap berpendapat bahwa ECB tidak akan berhenti menekan inflasi jika itu belum juga mereda.

Sementara itu di Amerika, situasinya sedikit beragam. Meski aktivitas manufaktur AS masih berada dalam zona kontraksi, tetapi kontraksi tersebut lebih lambat dari yang diperkirakan oleh analis, meski sektor jasa dan aktivitas keseluruhan tumbuh lebih lambat dari yang diharapkan.

Sementara itu, keraguan mengenai kemungkinan Fed berkomitmen pada kebijakan yang lebih dovish atau tetap pada proyeksi kenaikan suku bunga sebesar 50 basis poin pada akhir tahun ini justru seharusnya menopang dolar AS untuk mempertahankan pemulihan yang kuat dari level terendahnya sejak April 2022 yang disentuh pada Selasa pekan lalu.

Fed akan memulai rapat kebijakan selama dua hari pada hari ini, dengan optimisme pasar bahwa bank sentral AS akan mengumumkan kenaikan suku bunga sebesar 25 basis poin pada hari Rabu. Meski demikian, petinggi Fed juga akan mengingatkan investor bahwa siklus kebijakan moneter yang ketat mungkin belum berakhir dan mungkin akan ada kenaikan suku bunga lagi pada masa mendatang.

Investor akan mencari petunjuk terbaru terkait jalur kenaikan suku bunga pada masa mendatang. Oleh karena itu, kehati-hatian pasar ini berperan dalam memengaruhi dinamika nilai tukar mata uang di masing-masing wilayah.

USD 26072023.jpg

Indeks Dolar AS (DXY) menguat selama lima sesi berturut-turut dan berada di atas level 101, dan diperkirakan akan mengalami konsolidasi setelah mengalami rebound tajam pada pekan lalu, dari level terendah bulan ini yang terakhir tercapai pada pertengahan April lalu, akibat kehati-hatian investor menjelang pertemuan Fed yang dimulai pada hari ini. Pada kerangka waktu H4, indeks ini bergerak di atas SMA 50 (Simple Moving Average) yang mengindikasikan bahwa tren Bullish jangka pendek masih akan berlanjut tengah menuju indikator SMA100. Namun, indikator Relative Strength Index (RSI) yang bertahan sedikit di level 50 masih menunjukkan tren datar (sideway).

Outlook EURUSD

EURUSD 26072023.jpg

Pada kerangka waktu H4, EURUSD saat ini menunjukkan pola Bearish, melanjutkan tren penurunan pekan ini di bawah area 1,1100, meski masih bertahan di atas indikator SMA 100 dan 200 yang mengindikasikan tren Bullish. Namun, pergerakan EURUSD yang berada jauh di bawah SMA 50 menunjukkan kemungkinan mata uang ini melanjutkan tren Bearish jangka pendeknya menjelang pertemuan ECB pada hari Kamis, yang dapat memperpanjang penurunan hingga mencapai level 1.1000.

Outlook GBPUSD

GBPUSD 26072023.jpg

GBPUSD menurun dan melemah, melanjutkan tren penurunan pekan lalu, meski saat ini terlihat mencoba rebound untuk memulihkan penurunan dari level terendah dalam dua minggu, di tengah fokus pasar yang lebih memperhatikan dampak kenaikan suku bunga Bank of England (BoE) terhadap ekonomi Inggris. Pasangan yang dijuluki Cable ini berusaha menjauh dari indikator SMA 200 setelah cukup lama berada bergerak di atas indikator tersebut, yang mengindikasikan berlanjutnya tren Bullish jangka panjang dan mencoba untuk menembus indikator SMA 100, indikator tren jangka menengah. Jika berhasil menembus SMA 100, GBPUSD berpotensi melanjutkan kenaikannya ke 1,2900.

Outlook XAUUSD

XAUUSD 26072023.jpg

XAUUSD, yang banyak terpengaruh oleh pergerakan dolar AS, saat ini berusaha pulih dari penurunan tajam pekan lalu dan berada di area 1.960. Pada kerangka waktu H4, pasangan logam masih menunjukkan tren Bullish yang cukup signifikan, setelah pekan lalu kehilangan momentum untuk mempertahankan kenaikan dan menghapus sebagian besar kenaikan mingguan pada pekan lalu. XAUUSD, yang sedang berusaha untuk rebound dari level terendah minggu ini, saat ini bergerak di atas SMA 100 dan 200 dan mencoba menyentuh SMA 50. Artinya, dalam tren menengah dan jangka panjang, logam kuning ini masih berada dalam pola Bullish yang didukung dengan Indikator RSI, yang menunjukkan pembalikan arah dan mencoba menembus ke atas level 50. Penembusan di atas SMA 50 yang diikuti dengan RSI yang menembus level 50 akan membuka peluang bagi XAUUSD untuk melanjutkan kenaikannya.

Aries Nugroho

Bagikan informasi ini ke teman Anda

Menyerupai

Berita terbaru

Buka secara instan

FBS menyimpan catatan data Anda untuk menjalankan website ini. Dengan menekan tombol "Setuju", Anda menyetujui kebijakan Privasi kami.