Trade War, The Fed and Oil

Baca artikel di situs FBS

Perang dagang antara Amerika dan China sepertinya sudah sulit untuk dibendung. Masing masing negara telah berlakukan kenaikan tariff yang bernilai puluhan bahkan ratusan milliard dollar, dan masing masing pejabat di kedua negara tersebut sudah tidak dapat duduk untuk merundingkan masalah yang disinyalir kedepannya dapat menghancurkan perdagangan kedua negara, bahkan pertumbuhan ekonomi global. Strategi untuk memenangkan peperangan dari setiap negara, akan menjadi focus para pelaku pasar, sehingga setiap perubahan strategi serta perubahan geopolitik yang ada dapat membuat flutuasi harga dipasar uang.

Atmosfir geopolitik dan kebijakan moneter merupakan alasan pergerakan arah pasar mata uang menjadi turmoil/ kacau, sehingga wajar jika para analis serta ekonom dunia mengatakan bahwa tahun 2018 adalah tahun geopolitik dan bukan tahun moneter. Keadaan ini terlihat dari banyaknya adjustment dari petinggi bank sentral dunia dalam mengambil keputusan kebijakan yang dipengaruhi oleh perang dagang serta factor geopolitik yang sedang terjadi. Seperti halnya The Fed yang rencanannya akan melakukan rapat pada esok hari, secara umum kebijakannya terlihat sangat dipengaruhi oleh seberapa besar pengaruh perang dagang dapat menurunkan laju tingkat inflasi serta menaikan pengangguran serta menambah jumlah hutang dalam negeri nya. The Fed mempunyai peluang untuk menaikan suku bunga esok hari di level 25 bps dari 2% menjadi 2,25 %.

Permasalahan timbul saat setelah menaikan suku bunga dibulan ini, apakah The Fed akan tetap secara agresif menaikan suku bunganya diakhir tahun nanti? Jika dilihat secara umum maka perang dagang dapat menurunkan laju tingkat inflasi Amerika yang saat ini memang telah menurun, sejak perang dagang meledak, tetapi naiknya harga minyak yang mencapai $72 / barrel akan membuat inflasi menjadi naik, dan dapat membuat The Fed bertahan untuk menaikan suku bunga, walaupun tidak akan terlalu agresif.

Kenaikan harga minyak dunia dipicu oleh memanasnya hubungan Amerika – Iran sejak Amerika memutuskan untuk keluar dari perjanjian nuklir Iran. Sanksi ekonomi oleh Amerika terhadap Iran akan dilaksanakan pada bulan November 2018 jika Iran tidak menghentikan program fasilitas nuklir nya, karena kegiatan politik Iran disinyalir mempunyai kaitan dengan aksi teroris baik secara fisik, pelatihan dan dukungan keuangan. Tuduhan Trump tersebut tentunya di sangkal oleh Presiden Iran,Hassan Rouhani, dengan mengatakan bahwa Iran adalah sebagai korban dari aksi teroris dan bukan termasuk teroris dan pendukung teroris. Ini terlihat dari tewasnya 24 orang Iran saat parade militer, oleh teoris yang mengaku dari kelompok separatis Arab. Gangguan geopolitik tentunya telah menurunkan produksi minyak Iran dan ini yang membuat harga minyak dunia naik.

 

AUSTRALIA

Mengerasnya kedua belah pihak dalam mencari titik temu antara Amerika dan China membuat kegiatan perdagangan keduanya menjadi rentan kerusakan. Hancurnya ekspor kedua negara akan terlihat dengan berjalannya waktu dan tentunya ini akan berimbas kepada mata uang Aussie. Channel down trend AUDUSD masih tidak dapat dilewati dan tentunya tekanan turun AUDUSD ke level 0,7200 – 0,7230 an. Koreksi pair ini dapat terjadi ke level 0,72600 – 0,72700 an.

audusd 25 sept.png

 

INGGRIS

Kebuntuan perundingan antara PM Inggris dengan petinggi uni eropa sepertinya berlanjut, dimana masalah perbatas irandia serta pabean menjadi point yang tidak pernah dapat diselesaikan oleh kedua belah pihak sejak perundingan pasca Brexit dimulai. GBPUSD akan meneruskan penurunannya sampai ke level 1.3030 an dengan koreksi maksimal ke level 1,3140 an

gbpusd 25 sept.png

Reza Aswin

Bagikan informasi ini ke teman Anda

Menyerupai

Berita terbaru

Buka secara instan

FBS menyimpan catatan data Anda untuk menjalankan website ini. Dengan menekan tombol "Setuju", Anda menyetujui kebijakan Privasi kami.