Bagaimana Resesi Memengaruhi Pasar Keuangan?

Baca artikel di situs FBS

Ekonomi tidak selalu bergerak dalam garis lurus. Para ekonom secara erat mengaitkan perkembangan ekonomi dengan siklus naik dan turun. Resesi dianggap sebagai bagian yang tidak terhindarkan dari siklus bisnis. Resesi terjadi ketika PDB menurun selama dua kuartal berturut-turut atau lebih. Selain itu, resesi biasanya diikuti dengan meningkatnya pengangguran, penurunan penjualan ritel, dan penyusutan indeks pendapatan serta manufaktur.

Saat ini, hampir setiap CEO AS bersiap-siap menghadapi resesi, dan kebanyakan ekonom percaya bahwa penurunan akan segera terjadi. Alasannya adalah kenaikan suku bunga, yang dipicu oleh lonjakan inflasi, mencekik pertumbuhan dengan menaikkan biaya kartu kredit, hipotek, pembelian mobil, pinjaman bisnis, dan pinjaman lainnya yang mendorong perekonomian. Terakhir kali the Fed memberikan tekanan sekuat ini selama 12 bulan adalah pada tahun 1980, yang mengakibatkan kelesuan ekonomi yang parah.

Di negara-negara Eropa, situasinya bahkan lebih buruk karena, selain suku bunga yang tinggi, perekonomian juga terpukul oleh harga gas yang tinggi menjelang musim dingin. Karena bisnis mengurangi pengeluaran untuk gas, aktivitas ekonomi pun melambat.

Berapa lama resesi berlangsung?

Dari tahun 1854 hingga 1919, resesi rata-rata berlangsung selama 21,6 bulan. Namun, seiring berjalannya waktu, resesi menjadi lebih pendek. Menurut data The National Bureau of Economic Research (NBER), dari tahun 1945 hingga 2009, rata-rata resesi di AS berlangsung selama 11 bulan. Selama 30 tahun terakhir, AS telah melalui empat resesi. Mari kita bahas resesi-resesi berikut.

Resesi Covid-19

Resesi sebelumnya dimulai pada Februari 2020 dan hanya berlangsung selama dua bulan, menjadikannya resesi AS terpendek dalam sejarah.

Resesi Besar (Desember 2007 hingga Juni 2009)

Gelembung (bubble) di pasar real estat turut menyebabkan Resesi Besar. Resesi Besar tidak separah Depresi Besar. Namun, durasinya yang panjang dan dampaknya yang parah membuatnya mendapatkan nama yang sama. Resesi Besar berlangsung selama 18 bulan dan lamanya hampir dua kali lipat dari resesi AS baru-baru ini.

Resesi Dotcom (Maret 2001 hingga November 2001)

Pada awal tahun 2000-an, AS menghadapi beberapa masalah ekonomi besar, termasuk gelembung teknologi dan skandal akuntansi di perusahaan-perusahaan seperti Enron, yang diakhiri dengan serangan teroris 9/11. Semua masalah ini menyebabkan resesi singkat, tetapi perekonomian dengan cepat bangkit kembali.

Resesi Perang Teluk (Juli 1990 hingga Maret 1991)

Pada awal tahun 1990-an, AS mengalami resesi singkat selama delapan bulan, sebagian disebabkan oleh lonjakan harga minyak selama Perang Teluk Pertama.

Dapatkah kita memprediksi resesi?

Mengingat bahwa prakiraan ekonomi itu tidak pasti, memprediksi resesi yang akan datang tidaklah mudah. Misalnya, COVID-19 muncul entah dari mana pada awal tahun 2020 dan dalam beberapa bulan, perekonomian AS sebagian besar terhenti, dan jutaan orang kehilangan pekerjaan mereka.

Kurva imbal hasil terbalik

Kurva imbal hasil adalah grafik yang memplot imbal hasil dari berbagai obligasi pemerintah AS, mulai dari obligasi berjangka waktu empat bulan hingga obligasi 30 tahun. Ketika perekonomian berjalan normal, imbal hasil obligasi jangka panjang melebihi obligasi jangka pendek. Jadi, investor khawatir tentang resesi ketika imbal hasil jangka panjang lebih rendah daripada jangka pendek. Fenomena ini dikenal sebagai pembalikan kurva imbal hasil, dan telah memprediksi resesi pada masa lalu.

Penurunan kepercayaan konsumen

Pengeluaran konsumen adalah pendorong utama bagi perekonomian AS. Jika kepercayaan konsumen menurun, itu berarti orang tidak merasa percaya diri untuk membelanjakan uangnya, ekonomi pun melambat. Jika kepercayaan konsumen terus turun secara berkelanjutan, ini dapat menjadi pertanda buruk bagi perekonomian yang akan datang.

Penurunan pasar saham yang tiba-tiba

Penurunan pasar saham yang signifikan dapat menandakan resesi karena investor menjual sekuritas untuk mendapatkan uang tunai dan mengantisipasi perlambatan ekonomi.

Peningkatan pengangguran

Jika orang kehilangan pekerjaan, itu menjadi pertanda buruk bagi perekonomian. Angka pekerjaan yang turun tajam selama beberapa bulan menandakan bahwa resesi akan segera terjadi, bahkan ketika NBER belum menyatakan resesi.

Bagaimana kinerja aset selama resesi?

Tidak seperti investor, para trader tidak begitu khawatir dengan resesi karena dapat memperoleh profit dengan trading di kedua arah, jual dan beli. Namun, kita perlu memahami perilaku aset selama resesi untuk membuat pilihan yang tepat.

Resesi membunuh minyak

Secara historis, kenaikan harga minyak menyebabkan inflasi mendatang yang lebih besar dan sebaliknya. Pengeluaran bahan bakar, yang juga berkaitan dengan transportasi dan harga makanan, merupakan bagian yang signifikan dari pengeluaran belanja konsumen.

Ketika resesi terjadi, konsumen berbelanja lebih sedikit, sehingga produsen mengurangi pengeluaran mereka. Permintaan energi menurun dan harga minyak turun secara signifikan. Oleh karena itu, para trader minyak harus mengawasi pengeluaran konsumen dengan cermat untuk memprediksi penurunan harga minyak.

Emas

Pada masa lalu, harga emas dan resesi biasanya memiliki hubungan terbalik. Ketika ekonomi melemah, harga emas biasanya naik. Selama tiga resesi terakhir (2020, 2007, dan 2001) harga emas meningkat sementara nilai S&P 500 menurun.

Hal ini terjadi karena, selama resesi dalam dua dekade terakhir, bank-bank sentral telah menyokong perekonomian dengan pemotongan suku bunga dan pelonggaran kuantitatif (pembelian utang luar negeri) selama resesi, yang menyebabkan pertumbuhan inflasi global.

money supply_2.png

Tidak terkecuali untuk saat ini, terutama menjelang pemilihan presiden AS 2024. Pasar saham biasanya mengikuti indikator suplai uang M2. Dengan kata lain, Federal Reserve harus mencetak lebih banyak uang untuk memacu saham dan perekonomian.

M2 Money and S P 500.png

Jadi, harga emas kemungkinan besar akan meningkat dalam jangka panjang. Waktu terbaik untuk membeli emas adalah saat puncak resesi ekonomi, ketika bank-bank sentral mengubah kebijakan mereka dan mulai mendorong perekonomian dengan suku bunga rendah dan pasokan uang tambahan. Pada saat-saat seperti itu, investor besar membeli logam kuning ini dan harganya pun akan naik.

Saham & Kripto

Resesi berdampak secara berbeda pada saham, tergantung pada jenis perusahaannya. Beberapa perusahaan seperti utilitas, kesehatan, dan bahan pokok konsumen cenderung tetap stabil selama resesi. Perusahaan dengan utang besar, seperti perusahaan pariwisata, teknologi, dan industri, cenderung berkinerja buruk salama resesi.

Pasar mata uang kripto adalah sektor yang masih muda. Jadi, kebanyakan proyek memiliki utang yang tinggi. Akibatnya, investor lebih memilih untuk menjauhi kripto ketika resesi dimulai dan kembali saat ekonomi mulai tumbuh.

Strong stocks during recession.png

Di sisi lain, sektor-sektor yang berkinerja buruk selama resesi akan berkinerja baik selama pemulihan pasca resesi. Contohnya termasuk sektor keuangan, real estat, diskresi konsumen, industri, dan bahan mentah.

Strong stocks post recession.png

Anda dapat trading saat volatilitas pasar meningkat selama resesi dengan membuat akun trading dan membuka posisi dengan CFD. Dengan produk derivatif finansial ini, Anda dapat berspekulasi dengan membuka posisi beli jika pasar akan naik, atau posisi jual jika pasar akan turun.

Mata uang

Selama resesi, aktivitas bisnis suatu negara menurun, dan perekonomian melambat. Akibatnya, nilai mata uang akan jatuh karena negara tersebut menjadi tempat investasi yang kurang menarik.

Namun, karena perekonomian negara-negara besar terhubung, resesi tidak terjadi di satu negara tertentu tetapi menyebar di antara mereka. Dalam hal ini, mata uang dari negara dengan neraca perdagangan yang paling stabil dan aset mata uang asing dalam jumlah besar (yang dapat dijual dan dibawa kembali ke negara asalnya saat volatilitas meningkat) akan mendapatkan keuntungan relatif terhadap yang lain.

Saat ini, dolar AS (USD), bersama dengan franc Swiss (CHF), dianggap sebagai mata uang safe-haven.

USD

Jika dolar AS lebih kuat terhadap mata uang dengan imbal hasil lebih tinggi, itu berarti bahwa pasar mungkin tidak puas dengan data atau berita ekonomi yang baru dirilis. Dalam hal ini, investor asing membeli obligasi AS sebagai safe-haven. Untuk membeli obligasi tersebut, investor perlu membeli USD. Ketika banyak investor melakukan ini pada waktu yang sama, nilai USD akan naik.

Franc Swiss

Franc Swiss adalah mata uang berikutnya yang dianggap sebagai safe haven. Berkat stabilitas politik, kebijakan moneter konservatif, dan perekonomian yang stabil, franc Swiss (CHF) menjadi mata uang yang stabil dan menarik investor internasional selama krisis.

Meskipun banyak krisis di pasar keuangan global, Swiss selalu berhasil bertahan tanpa banyak masalah.

Jika ekonomi Eropa menghadapi resesi, franc Swiss (CHF) kemungkinan akan menguat terhadap mata uang Eropa dengan imbal hasil yang lebih tinggi.

Cara trading selama resesi

Buka posisi jual untuk memanfaatkan peluang di pasar yang jatuh

Jual (short) adalah cara untuk memanfaatkan peluang di pasar yang sedang jatuh. Banyak trader menggunakan derivatif finansial seperti CFD untuk melakukan shorting, yaitu menjual aset. Instrumen ini memungkinkan para trader untuk membuka posisi spekulatif pada pergerakan harga aset tanpa perlu memiliki aset itu sendiri.

Aset terbaik untuk di-short selama resesi adalah:

  • Saham pariwisata, industri, dan teknologi serta mata uang kripto. Investor menjauhi aset dan proyek kripto berisiko dengan utang tinggi, sehingga harganya jatuh.
  • Minyak (Brent, WTI). Ketika aktivitas bisnis meningkat, permintaan minyak meningkat dan mendorong harganya naik. Sebaliknya, selama resesi, harga komoditas cenderung turun.
  • Mata uang berimbal hasil tinggi (AUD, GBP) vs. mata uang safe-haven (USD, CHF). Investor beralih dari mencari imbal hasil tinggi ke mencari tempat berlindung yang akan membantu mereka mempertahankan modal. Akibatnya, mata uang berimbal hasil tinggi menurun.

Buka posisi jual saat pasar pulih

Jual (long) selama resesi mungkin berisiko. Itulah mengapa para trader dan investor menunggu pemulihan awal ketika banyak aset mencapai titik terendahnya. Kemudian mereka membeli pada level-level ini, dan mencoba memaksimalkan profit dari pemulihan pasca-resesi.

Aset-aset terbaik posisi jual pasca pemulihan ekonomi adalah:

  • Emas. Pemerintah kembali ke kebijakan moneter yang sangat dovish, mencetak uang dan membeli aset serta menciptakan risiko kenaikan inflasi pada masa depan. Prospek inflasi yang tinggi membuat emas tampak menarik.
  • Saham pariwisata, industri, dan teknologi serta mata uang kripto. Aset-aset ini menjadi murah dan, karenanya, menarik bagi investor jangka panjang.
  • Minyak (Brent, WTI). Ketika aktivitas bisnis meningkat, permintaan minyak meningkat dan mendorong harganya naik.
  • Mata uang berimbal hasil tinggi (AUD, GBP) vs. mata uang safe-haven (USD, CHF). Investor kembali memasuki risk-on dan membeli obligasi negara dengan imbal hasil yang lebih tinggi. Permintaan untuk mata uangnya juga naik.

Kesimpulan

Resesi menciptakan banyak peluang bagi trader dan investor. Dengan posisi long dan short (yaitu membuka trade beli dan jual), trader dapat meningkatkan keuntungannya secara signifikan berkat volatilitas yang tinggi. Pada saat yang sama, investor dapat membeli aset yang diinginkan dengan harga rendah.

Agar berhasil, Anda perlu memahami penyebab resesi dan cara-cara yang mungkin dilakukan pemerintah untuk menghadapinya (sering kali solusinya adalah kebijakan moneter yang sangat dovish). Dengan FBS, Anda dapat memperoleh penghasilan dari menjual saham, mata uang kripto, dan minyak selama resesi. Anda juga dapat meningkatkan keuntungan dengan membeli emas dan aset lainnya ketika perekonomian kembali pulih.

FBS Analyst Team

Bagikan informasi ini ke teman Anda

Menyerupai

Buka secara instan

FBS menyimpan catatan data Anda untuk menjalankan website ini. Dengan menekan tombol "Setuju", Anda menyetujui kebijakan Privasi kami.