2020: Proyeksi Terkini

Baca artikel di situs FBS

Virus Corona telah mengubah segalanya. Saat para analis memberikan proyeksi untuk tahun 2020 pada akhir tahun lalu, tak ada yang menduga bahwa dunia ternyata akan dicengkeram oleh pandemi. Dianggap seperti "black swan" ataupun tidak, kita tetap perlu mengevaluasi kembali situasinya dan menyesuaikan proyeksinya untuk jangka menengah dan jangka panjang. Di bawah ini Anda bisa membaca analisis dari penggerak utama pasar Forex dan tinjauan mengenai proyeksi komoditas unggulan secara global.

Resesi AS

Pada tahun 2019, para ekonom telah memprediksi akan potensi terjadinya resesi di AS. Ya, mereka benar, dan tidak hanya di AS, tetapi juga hampir di seluruh dunia akibat kebijakan lockdown yang membuat banyak negara terseret dalam perlambatan ekonomi. Jelas kini bahwa tinjauan sebelumnya memang lebih optimis. Sebagai contoh data tingkat pengangguran dan NFP AS pada akhir 2019 yang sangat menggembirakan. Saat itu kita tidak dapat membayangkan bahwa lebih dari 33 juta orang Amerika bakal kehilangan pekerjaannya dan aktivitas ekonomi terjerembab ke posisi terendah yang belum pernah terjadi sebelumnya. The Fed telah mempersiapkan skenario yang maha dahsyat untuk resesi AS yang berkepanjangan. Semua kebijakan yang dibutuhkan telah diambil, hampir 3 triliun dolar AS telah dikucurkan untuk menopang pasar dan bantuan tambahan juga telah diantisipasi. Namun demikian, dolar AS tetap menguat sebagai mata uang safe haven. Sehingga kehancuran dolar tahun ini seolah terlihat masih sangat tidak mungkin.

Kebijakan moneter bank-bank sentral

Pada bulan Desember silam, kami memprediksi the Fed bakal bersabar dalam mengambil kebijakan moneternya. Pada saat yang sama, kami juga tidak mengabaikan potensi pemangkasan suku bunga akibat bayang-bayang resesi. Wabah virus Corona telah membalik semua skenario ini, the Fed terpaksa mengeluarkan kebijakan luar biasa guna mendukung ekonomi negara yang terpuruk. Pemangkasan pertama pada suku bunga dari 1,5-1,75% menjadi 1-1,25% terjadi pada awal bulan Maret dan disusul dengan penurunan suku bunga yang bahkan jauh lebih besar hingga ke kisaran 0-0,25% hanya dalam rentang sepekan. Di samping itu, regulator mengumumkan langkah pembelian mortgage-backed securities (sekuritas yang didukung hipotek) tanpa batas dan berencana untuk membeli obligasi korporasi dan obligasi yang didukung oleh utang konsumen. Ditambah lagi, Ketua the Fed Jerome Powell tidak mengecualikan akan potensi terjadinya suku bunga negatif. Meskipun prediksi kami tidak 100% akurat, tapi aspek positif untuk USD tetap benar, yakni terbatas. Adapun pasar saham, pasca-gelombang kejut yang disebabkan oleh COVID-19, ia justru terdorong naik begitu pelonggaran kebijakan moneter diterapkan.

Beberapa bank sentral lainnya juga menyusul langkah pelonggaran ini. Bank Sentral Australia (RBA) dan Bank Sentral Selandia Baru (RBNZ) memangkas suku bunga mereka ke posisi terendah yang pernah terjadi sebelumnya, yakni ke level 0,25%. Bank Sentral Inggris (BoE) dan Bank Sentral Kanada (BoC) menurunkan suku bunga mereka masing-masing menjadi 0,1% dan 0,25%.  Adapun Bank Sentral Eropa (ECB), mereka memutuskan untuk mempertahankan suku bunganya di level nol. Instrumen pendukung yang diluncurkan ECB adalah Program Pembelian Darurat Pandemi (PEPP) senilai 750 miliar euro yang ditujukan untuk mengonter risiko berbahaya pada prospek kawasan Eropa.

Sebagaimana semua bank sentral utama mengambil kebijakan pelonggaran yang hampir sama, pasangan mata uang Forex dapat berfluktuasi pada level-level tertentu untuk jangka waktu yang lama. Sebenarnya ini adalah kabar baik bagi para range-bound trader karena kanal-kanalnya diperkirakan akan tetap kuat.

ECB

Bank Sentral Eropa membiarkan terekspos ke pasar agar dapat melakukan apa saja demi menyelamatkan kawasan Eropa dari kerusakan akibat virus Corona. Namun, masalah yang ada selalu menyeret kerabatnya: Jerman sangat lelah untuk terus menjadi sponsor program pembelian obligasi ECB tanpa batas, sehingga pengadilan Jerman mengklaim bahwa ECB telah melanggar mandatnya. Sekarang, ECB memiliki waktu tiga bulan untuk menjelaskan bahwa program pembelian tersebut sepenuhnya "proporsional". Kredibilitas ECB kini terancam karena Jerman bisa saja menarik diri dari program pembelian obligasi ECB berikutnya. Situasi ini membuat euro bergerak cukup volatil.

Brexit

Boris Johnson belum menepati janjinya "untuk menyelesaikan Brexit". Tapi, kita bisa memakluminya karena tahun ini menghadirkan masalah yang jauh lebih berat untuk diselesaikan. Sekarang, seluruh negara di dunia tengah berjuang melawan badai virus Corona, Inggris dan UE harus menggelar perundingan dagang untuk terakhir kalinya dan menyelesaikan kesepakatan pada akhir bulan Desember. Tapi beberapa analis bersikap skeptis mengenai hal ini. Mereka menilai bahwa tenggat waktunya kemungkinan besar akan diperpanjang setelah akhir bulan Desember, dengan memaksa Inggris tunduk pada tarif yang diberlakukan pada sebagian besar produk. Ini jelas akan menghancurkan pound Inggris. Semakin cepat Inggris dan UE membuat keputusan, maka akan semakin baik untuk GBP.

Minyak

Harga minyak yang diperdagangkan tahun lalu berkisar antara $50 dan $70. Pada bulan Desember pun nilainya positif setelah Amerika dan Tiongkok sepakat untuk gencatan senjata dalam perang dagang dan OPEC memperpanjang pemangkasan produksinya. Kemungkinan skenario penurunan harga ke level 0 dan di bawahnya sungguh tidak pernah terbayangkan, bahkan bagi para pengamat yang paling pesimis sekalipun, dan faktanya ini terjadi. Ini menandai awal tahun 2020 dengan turbelensi yang tidak terlihat secara historis, bahkan di luar serangan virus Corona sekalipun.

Bagaimanapun juga, dalam jangka panjang faktor-faktor fundamental yang dapat mengembalikan harga minyak ke posisi semula itu ada. Namun, ini tidak akan terjadi pada tahun ini. Para pengamat memperkirakan harga minyak akan pulih ke level $55-60 apabila selama tahun ini tidak ada penghalang yang menghadangnya. Jika tidak, $30 akan dipandang sebagai level dasar paling aman untuk komoditas ini selama 2020.

Saham

Sama seperti pada tahun 2019, pasar saham memiliki ekspektasi awal yang buruk pada tahun 2020. S&P menyusut 35%, dengan beberapa saham mengalami penurunan nilai hingga lebih dari 50%. Namun, ketika musim panas mendekat, pasar mengamati adanya pemulihan hingga 50% di sebagian besar sektor. Saat kondisi pemulihan ini sering diperbincangkan, para analis optimis bahwa setelah performa terburuk yang tercatat pada kuartal II, S&P akan terus memulihkan nilainya.

Harap diperhatikan, situasi ini berbeda untuk saham-saham tertentu. Akibat pembatasan anti-Corona, mayoritas penduduk di dunia terpaksa harus menghabiskan waktunya berminggu-minggu di rumah, memandangi TV, laptop, dan desktop mereka. Hal ini membuat beberapa perusahaan yang bergerak di segmen internet berkembang pesat, sehingga kita bisa mengamati pelonjakan nilai saham Amazon dan Netflix yang jauh lebih tinggi daripada sebelum virus muncul. Sedangkan, perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor kesehatan yang berjuang untuk menciptakan vaksin seperti Moderna, BionTech, Inovio, dan beberapa perusahaan farmasi baru lainnya melambung dengan ketinggian yang tak terduga.

Beberapa perusahaan IT dan Internet kemungkinan akan lebih banyak disoroti sepanjang tahun ini karena virus telah menunjukkannya, yakni kategori bisnis apa saja yang paling kuat bertahan di era informasi seperti saat ini. Google, Nvidia, Disney, Apple, dan masih banyak lagi perusahaan di sektor IT dan Internet yang memiliki potensi besar untuk menjadi ujung tombak S&P pada tahun 2020 dan selanjutnya.

Laporan ini disusun oleh tim FBS

TRADING SEKARANG

 

FBS Analyst Team

Bagikan informasi ini ke teman Anda

Menyerupai

Berita terbaru

Buka secara instan

FBS menyimpan catatan data Anda untuk menjalankan website ini. Dengan menekan tombol "Setuju", Anda menyetujui kebijakan Privasi kami.