Dampak Harga Minyak Pasca Arab dan Rusia Perpanjang Periode Pemangkasan

Baca artikel di situs FBS

Arab Saudi dan Rusia telah mengumumkan akan memperpanjang periode pemangkasan produksi minyak secara sukarela hingga akhir tahun. Pasar minyak mengalami kenaikan harga dan analis melihat bahwa pasokan minyak mentah akan terus ketat pada kuartal keempat.

Keputusan ini menjadi pukulan baru bagi Presiden AS Joe Biden, yang telah berargumen bahwa dunia memerlukan harga minyak yang lebih rendah untuk mendukung pertumbuhan ekonomi dan mencegah Presiden Rusia, Vladimir Putin, mendapatkan penghasilan lebih banyak untuk mendanai perang di Ukraina.

Tahun lalu, Presiden Biden dalam kunjungannya ke Arab Saudi, yang menjadi pemimpin de facto Organisasi Negara - Negara Pengekspor Minyak (OPEC), gagal meminta peningkatan produksi, dengan sekutu-sekutu yang dipimpin oleh Rusia, OPEC+, yang justru mengumumkan penurunan produksi pada bulan Oktober dan pemangkasan tak terduga pada bulan April.

Arab Saudi akan memperpanjang pemangkasan produksi minyak secara sukarela sebesar 1 juta barel per hari (bph) hingga akhir Desember 2023. Sementara Rusia memperpanjang pengurangan ekspornya sebesar 300.000 bph hingga akhir tahun ini, Wakil Perdana Menteri, Alexander Novak, pada Selasa mengumumkan.

Pemangkasan ini menambah langkah yang disepakati oleh beberapa produsen OPEC+ pada bulan April, yang berlaku hingga akhir 2024. Kedua negara akan meninjau keputusan mereka setiap bulan untuk mempertimbangkan apakah akan memangkas lebih besar lagi atau meningkatkan produksi yang tergantung pada kondisi pasar.

Langkah ini mendorong harga minyak Western Texas Intermediate (WTI) yang telah naik dalam beberapa minggu terakhir. Minyak mentah WTI mendapatkan momentum karena penurunan produksi minyak mentah AS dan pemangkasan sukarela oleh Arab Saudi dan Rusia. Saat ini, XTIUSD diperdagangkan di sekitar 87,00.

Sementara itu, kekhawatiran perlambatan ekonomi Tiongkok kemungkinan akan membatasi potensi kenaikan harga XTIUSD, karena Tiongkok merupakan pengimpor minyak terbesar di dunia. Investor juga saat ini menantikan data Perdagangan Tiongkok untuk melihat dorongan ekonomi terkini. Pekan ini sebelumnya, Caixin melaporkan, Indeks Manajer Pembelian (PMI) Jasa Tiongkok turun menjadi 51,8 pada bulan Agustus dari 54,1 pada bulan Juli.

Analisa Minyak WTI (XTIUSD) 

XTIUSD 07092023.jpg 

Secara teknis, meskipun XTIUSD mengindikasikan gerak koreksi, tetapi pola bullish yang telah digambarkan sejak 29 Agustus masih berlanjut. XTIUSD masih cukup jauh di atas indikator Simple Moving Average (SMA) 50, yang mengindikasi XTIUSD masih dalam pola bullish kuat. Tren ini juga seakan dikonfirmasi oleh indikator Relative Strength Index yang terlihat menurun menuju level tengah 50. Sekalipun terjadi penurunan, diperkirakan XTIUSD hanya mengalami koreksi jangka pendek.

Penurunan untuk koreksi XTIUSD harus terlebih dahulu menembus level support terdekatnya, yang juga menjadi level support kuat, di 86.00. Jika penembusan level terjadi, XTIUSD masih harus menemui SMA 50 untuk melanjutkan penurunan menuju level support selanjutnya di area 85.32. Jika koreksi saat ini terhenti, maka XTIUSD berpeluang menuju ke level resistance terdekatnya di level 87.20, meski harus menembus level penting di 87.00 yang juga didukung oleh RSI yang kembali naik menjauhi level 50.

Mulai Trading Sekarang-2.png

Aries Nugroho

Bagikan informasi ini ke teman Anda

Menyerupai

Berita terbaru

Buka secara instan

FBS menyimpan catatan data Anda untuk menjalankan website ini. Dengan menekan tombol "Setuju", Anda menyetujui kebijakan Privasi kami.