Tiga Faktor Penyebab Harga Minyak Anjlok

Baca artikel di situs FBS

Harga minyak sudah kehilangan momentum kenaikannya, dimana minyak mentah Brent dan WTI anjlok di minggu ini.

Persediaan minyak mentah turun di bawah rata-rata lima tahun untuk pertama kalinya tahun ini. Pekan lalu, permintaan BBM meningkat sebesar 992 ribu barel per hari ke level tertinggi 15 bulan di 9,511 juta barel per hari, mengikuti kenaikan tahunan bulan ini. Terlepas dari data persediaan yang positif ini, harga WTI justru turun dari $83,26 per barel pada 12 April lalu menjadi $68,85 pada 3 Mei sementara harga Brent turun dari $87,33 menjadi $72,54 per barel untuk jangka waktu yang sama.

Biasanya, antara persediaan di AS dan harga minyak memiliki hubungan terbalik (korelasi negatif) yang kuat. Jika persediaan turun maka akan mendorong kenaikan harga, dan sebaliknya jika persediaan meningkat maka harga minyak justru turun. Namun, berkurangnya persediaan bahkan di angka yang besar selama beberapa minggu terakhir justru tidak membuat penurunan harga yang signifikan.

Beberapa analis mencatat bahwa ketidaksesuaian ini cenderung bersifat sementara dan terjadi pada saat harga digerakkan terutama oleh fundamental pasar minyak lainnya, ekspektasi, pasar aset yang lebih luas, dan arus keuangan. Berikut tiga faktor penyebab harga minyak anjlok:

  1. Optimisme pasar baru-baru ini atas pemangkasan produksi OPEC+ gagal melawan kekhawatiran permintaan terkait dengan latar belakang ekonomi yang melemah dan pandangan Federal Reserve yang hawkish dan menyebabkan harga minyak terikat.
  2. Selanjutnya, laporan bahwa pengiriman minyak mentah Rusia masih cukup kuat sekalipun Rusia dikenakan sanksi dan embargo. Reuters melaporkan pengiriman minyak pada April dari pelabuhan barat Rusia justru mengarahkannya pada level tertinggi sejak 2019 di lebih dari 2,4 juta barel per hari. Prospek untuk sektor energi diyakini masih akan tetap cerah. Laporan Moody’s Research, mengungkapkan pendapatan industri akan stabil secara keseluruhan pada 2023 ini, meski sedikit di bawah level yang dicapai pada tahun 2022.
  3. Harga minyak menghadapi tekanan hebat atas meningkatnya kekhawatiran perlambatan ekonomi global menyusul bank sentral utama terus memperketat kebijakan moneter mereka dalam upaya mengendalikan inflasi. Minyak mentah mengalami tekanan jual setelah Fed menaikkan suku bunga sebesar 25 basis poin tetapi berhasil pulih, meski tidak terlalu signifikan seiring bank sentral AS memilih sikap netral atas panduan suku bunganya.

Harga minyak masih memiliki keterbatasan di sisi permintaan meskipun sisi supply atau ketersediaan juga sudah mulai dikurangi atau berkurang. Sehingga berkurangnya supply hanya akan membuat kejatuhan minyak perlahan dan tidak terlalu signifikan.

 

Analisis XTI (Minyak WTI)

 XTIUSDDaily - artikel.png

 

Analisis USDCAD

 USDCADDaily - artikel.png

Aries Nugroho

Bagikan informasi ini ke teman Anda

Menyerupai

Berita terbaru

Buka secara instan

FBS menyimpan catatan data Anda untuk menjalankan website ini. Dengan menekan tombol "Setuju", Anda menyetujui kebijakan Privasi kami.