Trump, Trade War and Currency War

Baca artikel di situs FBS

Presiden Amerika yang  ke 45 saat ini selalu penuh dengan kejutan dan membuat pasar keuangan menjadi seperti Roller Coaster. Setelah Presiden Trump mengkritik kebijakan moneter The Fed, akan kenaikan suku bunga yang nilai sangat agresif dan sangat memberatkan sector industry amerika, Trump juga menuduh Uni Eropa dan China melakukan manipulasi mata uangnya, serta Amerika kembali memprovokasi China dengan kenaikan tariff susulan senilai $500 milliar, sehingga ini akan membuat api perang dagang akan tetap berkobar kedepannya. Dan pada hari ini kembali Trump membuat keributan di twitter dengan mengecam Presiden Iran dengan kata – kata yang semuanya huruf besar “ NEVER, EVER THREATEN THE UNITED STATES AGAIN OR YOU WILL SUFFER CONSEQUENCES THE LIKES OF WHICH FEW THROUGHOUT HISTORY HAVE EVER SUFFERED BEFORE. WE ARE NO LONGER A COUNTRY THAT WILL STAND FOR YOUR DEMENTED WORDS OF VIOLENCE & DEATH. BE CAUTIOUS!”

Dengan melihat fenomena diatas maka dapat dilihat bahwa pelaku pasar mulai takut adanya intervensi kuat dari Presiden Amerika terhadap The Fed, yang selama ini menjadi acuan bagi bank sentral diseluruh dunia. Jika Amerika sebagai negara super power sudah dapat melakukan intervensi terhadap lembaga negara yang independen setingkat The Fed maka negara lain pun disinyalir akan melakukan hal yang sama dan ini tentunya tidak baik untuk pertumbuhan ekonomi dan politik serta moneter global. Kritik Trump terhadap the Fed yang ingin mata uangnya melemah seakan akan The Fed akan di control arah kebijakannya oleh Trump guna membalas atas tindakan china yang dinilai telah melakuan pelemahan mata uangnya Yuan, guna melawan tariff Amerika.

Dengan China melemahkan mata uangnya maka mata uang Amerika menjadi menguat, dan jika The Fed melakukan kenaikan suku bunga secara agresif, dapat dipastikan penguata akan US Dollar tidak akan terbendung lagi. Hal ini yang menjadi kekhawatiran Presiden Trump, dimana dengan tingginya mata uang US Dollar akan membuat Harga Pokok Produksi dari product Amerika menjadi mahal dan tidak dapat bersaing dengan product China atau bahkan product eropa (karena Trump mengecam kedua negara tersebut melakukan manipulasi terhadap mata uangnya). Kekuasaan Presiden Amerika ditangan Trump seperti terlihat absolut, sehingga walaupun di G20 menteri keuangan Amerika, Mnuchin bahwa Presiden Trump tidak akan mengintervensi kebijakan The Fed, tetapi dengan setiap langkah yang di tempuh Trump dapat saja melewati garis wewenangnya. Ketakutan akan perang dagang dapat berkembang menjadi perang mata uang dimana setiap negara akan melemahkan mata uangnya disaat The Fed mulai dikuasai oleh Gedung Putih.

 

EMAS

Ketakutan, kepanikan atau ketidakpastian, akhir akhir ini terlihat sangat sering terjadi, mengingat factor geopolitik dan moneter sepeti sudah bercampur. Sehingga akan berpengaruh kepada mata uang dan komoditas dunia. Dalam beberapa waktu lalu telah dibahas bagaimana saat perang dagang berlamgsung membuat inflasi global menurun dan akan membuat harga emas berada dalam tekanan turun. Tetapi disaat Perang dagang berubah menjadi perang mata uang maka emas akan kembali menjadi primadona, mengingat pelemahan mata uang diseluruh dunia akan membuat harga emas dunia meroket. Belum lagi Trump mulai melakukan tekanan pada Presiden Iran yang dapat berujung dengan Perang Teluk. Tetapi jika perang mata uang dan perang teluk tidak terjadi, maka penurunan emas masih akan berlanjut.

Channel downtrend selama 6 minggu terakhir di XAUUSD, mempunyai batas atas dan bawah masih belum dapat dilewati dengan batas bawah 1200 an – 1230 an. Sehingga gold masih mempunyai harga sideways dengan kecenderungan turun jika level 1225 dilewati, tetapi sebaliknya jika batas atas 1240 dilewati, maka harga emas akan naik sampai dilevel 1257

xauusd 23 juli.png

Reza Aswin

Bagikan informasi ini ke teman Anda

Menyerupai

Berita terbaru

Buka secara instan

FBS menyimpan catatan data Anda untuk menjalankan website ini. Dengan menekan tombol "Setuju", Anda menyetujui kebijakan Privasi kami.